Pagi ini, dibalik tembok lantai
dua tampak cahaya matahari menusuk menembus rongga-rongga kecil atap rumah. Aku
masih terbalut dalam kelelapan tidur. Sementara burung-burung sudah berkicau di
luar sana. Terdapat sesuatu yang membuatku malas bangun hari ini. Entah itu
apa, yang jelas rasa malas merongrong setiap lekuk sendiku membuatnya berat
untuk digerakan.
Suara getar hanphone membangunkan
tidurku. Terdapat 2 pesan yang masuk pagi ini.
“uh, siapa ini?” keluhku dalam hati. Dengan kesal ku buka handphone dan
ku baca,“ Ya Tuhan” pekik ku sambil lari menuju kamar mandi. Hari ini seorang
teman yang juga seorang sahabat yang merangkap sebagai seorang kekasih menunggu
ku dirumahnya. “kenapa aku bisa lupa”?
Mandi dengan kecepatan penuh,
berkendara pun juga harus berkecepatan penuh. Berkali-kali hampir membuatku
bunuh diri. Uhhhh rasanya hari ini ada saja halangannya. Sampai di perempatan dekat
rumah Mella, motor tua yang selalu setia menemaniku mogok. Terpakasa harus ku
dorong dan berharap emosi Mella belum meledak-ledak di sana.
Nampak wajah manis yang
dilingkupi hawa panas di kepalanya. Itu dia Mella yang berusaha menahan
amarahnya karena ulahku. Akhir-akhir ini aku sering membuatnya kesal. Dimulai
dari membuatnya menunggu lama dikampus, lupa membawa buku catatannya yang aku
pinjam hingga menghilangkan novel kesayangannya. Dan hari ini, aku hampir lupa
mengantarnya ke toko buku.
“Kamu kenapa lagi? Kok telat?
Telat satu jam”.
“Maaf Mel, ayo kita pergi
sekarang” Jawabku sambil coba ku raih tangannya.
“Gak usah, aq dah beli tadi sama
Eko “ Jawabnya ketus sambil menampik tanganku.
“Kamu kenapa sih? Selalu aja
gini?” tanyanya sambil membuang muka dariku.
Dalam keadaan seperti ini aku
memilih untuk diam. Diam bagiku adalah gaya hidup dan perlindungan terkuat dari
kata “ putus” yang bisa saja terlontar dari mulut indah Mella. Tanpa sadar
Mella marah-marah didepanku hampir 15 menit. Dan tanpa ku duga dia berkata...
“ Kita putus aja say” katanya
sambil menutup pintu rumahnya.
Kata-katanya terasa gamang di
telinga ku. Walau aku tau bahwa ini isyarat perpisahan. Tapi semua hal yang
terjadi pagi ini benar-benar seperti mimpi terburuk. Dan sialnya semua ini
bukan mimpi, semua ini adalah kenyataan yang harus di jalani.
Sepekan sudah berlalu, sejak Mella
mengatakan hal yang tak pernah ingin ku dengar dari mulutnya. Mella bahkan kini
benar-benar menjauhiku. Mulai dari sms yang tak pernah dibalas, telpon tak
pernah diangkat, hingga pintu rumahnya yang selalu tertutup untuk ku.
Bersambung....