Saturday 29 March 2014



Pagi ini, dibalik tembok lantai dua tampak cahaya matahari menusuk menembus rongga-rongga kecil atap rumah. Aku masih terbalut dalam kelelapan tidur. Sementara burung-burung sudah berkicau di luar sana. Terdapat sesuatu yang membuatku malas bangun hari ini. Entah itu apa, yang jelas rasa malas merongrong setiap lekuk sendiku membuatnya berat untuk digerakan.
Suara getar hanphone membangunkan tidurku. Terdapat 2 pesan yang masuk pagi ini.  “uh, siapa ini?” keluhku dalam hati. Dengan kesal ku buka handphone dan ku baca,“ Ya Tuhan” pekik ku sambil lari menuju kamar mandi. Hari ini seorang teman yang juga seorang sahabat yang merangkap sebagai seorang kekasih menunggu ku dirumahnya. “kenapa aku bisa lupa”?
Mandi dengan kecepatan penuh, berkendara pun juga harus berkecepatan penuh. Berkali-kali hampir membuatku bunuh diri. Uhhhh rasanya hari ini ada saja halangannya. Sampai di perempatan dekat rumah Mella, motor tua yang selalu setia menemaniku mogok. Terpakasa harus ku dorong dan berharap emosi Mella belum meledak-ledak di sana.
Nampak wajah manis yang dilingkupi hawa panas di kepalanya. Itu dia Mella yang berusaha menahan amarahnya karena ulahku. Akhir-akhir ini aku sering membuatnya kesal. Dimulai dari membuatnya menunggu lama dikampus, lupa membawa buku catatannya yang aku pinjam hingga menghilangkan novel kesayangannya. Dan hari ini, aku hampir lupa mengantarnya ke toko buku.
“Kamu kenapa lagi? Kok telat? Telat satu jam”.
“Maaf Mel, ayo kita pergi sekarang” Jawabku sambil coba ku raih tangannya.
“Gak usah, aq dah beli tadi sama Eko “ Jawabnya ketus sambil menampik tanganku.
“Kamu kenapa sih? Selalu aja gini?” tanyanya sambil membuang muka dariku.
Dalam keadaan seperti ini aku memilih untuk diam. Diam bagiku adalah gaya hidup dan perlindungan terkuat dari kata “ putus” yang bisa saja terlontar dari mulut indah Mella. Tanpa sadar Mella marah-marah didepanku hampir 15 menit. Dan tanpa ku duga dia berkata...
“ Kita putus aja say” katanya sambil menutup pintu rumahnya.

Kata-katanya terasa gamang di telinga ku. Walau aku tau bahwa ini isyarat perpisahan. Tapi semua hal yang terjadi pagi ini benar-benar seperti mimpi terburuk. Dan sialnya semua ini bukan mimpi, semua ini adalah kenyataan yang harus di jalani.
Sepekan sudah berlalu, sejak Mella mengatakan hal yang tak pernah ingin ku dengar dari mulutnya. Mella bahkan kini benar-benar menjauhiku. Mulai dari sms yang tak pernah dibalas, telpon tak pernah diangkat, hingga pintu rumahnya yang selalu tertutup untuk ku.

Bersambung....

Friday 28 March 2014







Aku Siapa?

Insan tanpa ekspresi
Insan tanpa warna
Insan mati
Insan sirna

Tatapan dunia menghujam
Disetiap inci kebodohanku
Disela rasa hina ku bertanya
Aku Siapa?

Wednesday 26 March 2014